Selasa, 07 April 2009

ini aku, utuslah aku


Shalom teman-teman
Banyak warna yang kita lalui dalam hidup ini, akupun mengalami hal yang sama bersama Tuhan. Tuhan yang telah memelihara aku hingga saat ini, terkadang banyak masalah yang aku hadapi, tetapi Tuhan tak pernah meninggalkanku.
Aku ingat di saat pelarianku ke semarang. Waktu itu aku berusaha dengan segala macam cara untuk mencari beasiswa supaya aku dapat kuliah. Tetapi kerena minimnya pengetahuan tentang beasiswa membuat aku sulit berharap. Harapan satu-satunya adalah kuliah. Usaha yang aku lakukan waktu itu tidak terasa berat, karena aku memiliki seorang sahabat di kelas. Dia selalu memberikan aku semangat, hingga akhirnya aku mencoba di sebuah perguruan tinggi di Jakarta. Dan teman… doa saya terkabul, saya di terima di sebuah akedemi yang berbasis kesehatan. Satu hal yng membuat aku kecewa pada saat itu adalah papa yang mengatakan kalau beliau tidak ingin menguliahkan saya. Beliau merasa percuma untuk menguliahkan saya, dan beliau sendiri tidak pernah lulus SMA tetapi masih bisa bekerja.
Maka dengan kecil harapan saya telepon nenek saya di semarang, dan mengatakan kalau saya ingin kuliah. Nenek saya tahu apa yang saya kerjakan di Jakarta untuk tetap sekolah. Maka Nenek menjemput saya, hingga akhirnya saya pergi dari rumah dengan nenek tanpa sepengetahuan orang tua. Dengan segala usaha nenek membantu saya masuk di sebuah perguruan tinggi di kota semarang. Akhirnya dengan keterpaksaan saya kuliah di jurusan yang bukan menjadi impian saya, tetapi aku bersyukur karena masih bisa kuliah. Dan nenek yang membantu saya dalam membiayai kuliah saya.
Satu semester di semarang kebencian saya kepada papa semakin bertambah. Apalagi semua tante dan om saya selalu mencerca dan memaki saya. Saya merasa bukan bagian dari keluarga, terkadang ada pikiran mengapa saya harus dilahirkan di dunia ini. Singkat cerita saya diajak oleh seorang Teman Yustinus Agus (alm) untuk mengikuti suatu retret di kota jogjakarta. Saya katakan pada agus kalau saya tidak punya biaya, tetapi agus mengatakan tidak usah kuatir soal biaya, Tuhan akan menyediakan. Akhirnya saya ikut retret yang bernama Retret Awal bersama Universitas Atmajaya Jogjakarta di Kaliurang pada tahun 1998
Pada retret tersebut saya menemukan wajah Tuhan yang sesungguhnya, saya menagis sepanjang malam kepada sakramen MahaKudus karena penyesalan atas semua dosa saya. Saya menangis kembali dihadapan Tuhan setelah terakitr saya menangis waktu papa mau bunuh saya. Waktu itu saya masih SMP kelas 2. Waktu itu saya memohon kepada Tuhan kalau saya mau dipulihkan. Saya seperti seorang yang kena penyakit kusta dan meminta kepad Yesus untuk memulihkanya. Dan Tuhan memulihkan saya , menjadikan aku Tahir atas semua dosa-dosa yang aku lakukan.

Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepadaNya, lalu sujud menyembah DIA dan berkata “ Tuan. Kalau Tuan mau tuan dapat mentahirkan aku,Lalu Yesus mengulurkan tangannya menjamah orang itu dan berkata. “Aku mau, Jadilah engkau Tahir” seketika itu tahirlah orang itu daripada kustanya. Mat 8:3

Akhirnya aku dipulihkan, segala luka batinku berangsur-angsur sembuh. Aku mulai belajar mengampuni papa, walaupun itu adalah hal yang terberat yang pernah aku lakukan. Segala makian, pukulan dan hal-hal jahat yang papa lakukan kepadaku adalah yang paling sulit aku lupakan. Tapi aku ingin semakin dekat denganNYa dan aku selalu merindukan berada di HadiratNYa setiap saat. Aku begitu mengasihi Tuhan, dan aku ingin menujukan kepadanya kalau aku ini begitu mengasihi Dia yang Hidup. Maka aku mulai berdoa dengan keras setiap hari, aku mengatakan “Tuhan Ujilah aku, supaya aku tahu betapa besar setiaku kepadamu”. Inilah cara doa yang salah, karena seharusnya kita berdoa untuk di jauhi dari cobaan, tetapi aku meminta pencobaan itu datang. Karena dalam hati aku ingat sebuah mazmur Daud yang mengatakan.

Ujilah aku ya Tuhan dan cobalah aku: selidiki batinku dan hatiku, senantiasa mataku tertuju pada kasih setiamu; dan aku hidup dalam kebenaranMu maz 26:2-3

Akhirnya aku mulai belajar untuk mengikuti Tuhan. Dia mendidik aku dengan luar biasa, terkadang sangat keras, terkadang lemah lembut. Aku mulai bergabung pada Yayasan Solid Indonesia, khusus melayani anak-anak jalanan di kota semarang. Dalam yayasan ini banyak sekali aku ditempa bagaimana tuhan mendidik aku untuk menjadi hambanya. Suatu saat Yayasan ini butuh pengajar untuk anak-anak asuh yang di kelola oleh yayasan. Dan aku merasa bahwa Tuhan memanggil aku untuk melayani mereka. Karena bersama anak-anak yang hidup di jalanan tidak cocok buatku. Walaupun sebagian hidupku juga besar di jalanan kota Jakarta. Tetapi kembali bergaul dengan mereka membuat aku kembali dalam masa-masa kehidupan kelamku. Maka ketika yayasan menawarkan kesempatan untuk menjadi guru bantuan, aku mendengar Tuhan yang berkata.

Lau aku mendengar suara Tuhan berkata: “ siapakah yang akan ku utus, dan siapakah yang mau pergi untuk aku?’ maka sahutku: “ ini aku, utuslah aku”. Yes 6:8

Aku pun mulai melayani menjadi guru disana, tempat dimana aku mengajar sangat terpencil di pelosok kota semarang. Dan aku harus menuju kesana setiap sore sepulang kuliah dengan menggunakan sepeda. Perjalanan aku tempuh selama 45 menit dari rumah. Disini aku belajar untuk setia, sabar dan ulet. Menjadi guru buat mereka adalah sebuah kebahagiaan yang tak bisa di gantikan dengan materi. Walaupun aku tidak pernah dibayar, tetapi cinta kasih yang di berikan oleh anak-anak didikku adalah merupakan bayaran yang paling indah.

Tulisan lainya dapat dilihat di…
http://ladangalam.blogspot.com/

Aiksidin Danuarta

Telephone: +62 21 2526 777 / Fax: +62 21 2526 555
E-mail: Aiksidin@yahoo.com
Address: Menara Jamsostek, North Tower 20th floor, Jl Jend Gatot Subroto No. 38, 12710 Jakarta, Indonesia / PO Box 2440, Jakarta
Trade Register: No 27068392 / Website: www.decorient.com

Consider the environment - avoid printing this document

Tidak ada komentar:

Posting Komentar